Rabu, 19 Oktober 2016

Prologue

Because it has always been in English, now let me say everything in Bahasa from now on.

Lebih dari setahun. Semua yang berkaitan sama masalah hati tidak pernah tersentuh, tidak pernah terasa dan tidak bisa merasakan seperti dulu lagi. Satu tahun lebih berjalan hanya berusaha untuk menjalani sebuah kehidupan yang hanya itu-itu saja. Satu tahun lebih berjalan hanya bertemu dengan orang yang sama tanpa ada perubahan. Semua berjalan seperti apa yang dirasakan orang biasa lainnya. Menjalani hidup dan tidak merasakan apa-apa. Sulit. Sulit untuk membayangkan bahwa sebuah hidup akan begitu bermakna dan begitu berarti setelah perjalanan setahun lebih ini.

Mati rasa. Sebuah frasa paling tepat untuk menggambarkan semua yang terjadi selama ini. Semua perubahan yang seolah-olah memberikan kesan jalan yang baru ternyata hanya sebuah lampu di jalan raya yang sepi. Tahun 2016 berjalan seolah-olah begitu banyak pencapaian dan perubahan namun sesungguhnya dalam diri ini tidak mengalami perasaan yang seharusnya dirasakan menurut orang-orang disekitar. Semua mengatakan bahwa apa yang terjadi di tahun 2016 adalah sebuah hal yang membahagiakan namun ketika semua hal itu saya capai saya hanya merasakan kosong. Sebuah perasaan yang saya juga tidak tahu harus bagaimana bereaksi.

Entahlah. Sepertinya harta dan takhta bukanlah sesuatu yang bisa membuat saya bahagia seperti dulu. Semuanya tidak lagi menarik untuk saya. Motivasi? Apalagi. Saya tidak pernah tahu ketika saya bangun pagi apa yang saya harus kejar. Mungkin orang dapat menceritakan bahwa kesuksesan karir, memiliki rumah dan mobil lalu menikah dapat dijadikan sebuah motivasi. Tapi saya yakin, hidup tidak hanya sekedar itu saja. Materi bukanlah sebuah makna utama dari hidup ini. Walaupun sampai detik ini materi selalu menjadi masalah bagi di sekitar saya.

Menyerah? Hanya sekedar kata. Ketika saya mengatakan bahwa saya sudah menyerah, tidak ada yang terjadi. Semua berjalan seperti biasa dan apa adanya. Semua berjalan seperti kata menyerah memang tidak memiliki dampak apa-apa terhadap apa yang terjadi pada hari itu. Saya pun tidak pernah tahu lagi apa yang saya inginkan, yang saya ingin hindari, yang saya ingin perjuangkan atau yang ingin saya harapkan. Karena mengetahui hal tersebut hanya menjadi sebuah kata-kata dan hidup terus berjalan terus.

Bertindak? Mungkin memang membawa saya ke suatu arah tetapi rasanya diri saya tetap tertinggal di suatu tempat dan hanya badan ini yang bergerak ke arah yang lebih baik. Mungkin apa yang saya lakukan memang tidak memberikan arti lebih pada hidup ini hanya memberikan sebuah bentuk realisasi dari apa yang diharapkan oleh masyarakat, teman dan keluarga. Saya tak pernah tahu harus bercerita kepada siapa dan apa yang harus saya ceritakan pun saya tak mengerti harus memulai darimana. Teman-teman saya selalu pergi ketika saya telah berusaha buat mereka. Saya selalu berusaha lebih namun saya tidak pernah mendapatkan sesuatu yang lebih pula. Saya pernah percaya pada orang namun orang itu selalu membuktikan bahwa saya selalu salah untuk menaruh kepercayaan pada orang.

Setiap saya berusaha lebih untuk seseorang saya selalu sadar bahwa usaha saya pada akhirnya akan sia-sia saja. Usaha lebih untuk sebuah hal yang tidak mungkin sudah menyadarkan saya dari awal apapun yang saya lakukan tapi saya tak punya tujuan hidup lagi. Biarlah, sekejap harapan yang mudah hilang itu menjadi pegangan saya seterusnya. Bodoh? Yah, saya sudah tidak bisa lagi membedakan mana hal yang bodoh untuk saya dan bodoh untuk orang lain. Saya sudah enggan untuk harus selalu mengikuti ekspektasi orang-orang disekitar saya. 

Menangis pun tidak menyelesaikan apapun bagi saya. Menangis hanya memberikan saya kesempatan untuk membantu menyadari bahwa semuanya belum berubah. Semua akan kembali pada keadaan yang sama. Berulang dan terus berulang hingga tak tahu kapan semua ini bisa berhenti dan berubah menjadi suatu hal yang baru dan suatu hal yang mengubah semua ini. Sebuah hal yang dapat mengubah isi hati dan pikiran saya selama ini. 

Melihat semua postingan saya dari tahun 2010 hingga tahun ini, saya hanya dapat mengambil kesimpulan bahwa saya tidak pernah berubah. Saya tidak pernah bisa menyelesaikan masalah saya. Saya tidak pernah tahu apa yang saya harus lakukan dan apa yang saya bisa perbaiki. Kadang saya selalu bertanya, Buat apa saya hidup selama ini?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar