Jumat, 04 November 2016

I won't give up

Bila dibandingkan dengan post terakhir, post ini merupakan sesuatu kontra dibandingkan pos sebelumnya. Sebelumnya saya sudah benar-benar menyerah karena saya sudah bingung untuk mengambil langkah apalagi kedepannya. Kini, saya berusaha untuk kembali bangkit dan mencoba untuk terus berusaha, sekecil apapun yang saya bisa lakukan.

Sulit rasanya jika saya menyerah sekarang. Ketika sudah menemukan seseorang yang memberikan sebuah isi dalam kehidupan saat saya merasakan kekosongan, seseorang yang meneruskan detik waktu yang dulu terasa berhenti dan tak pernah maju. Mungkin saya hanya memang kenal dengan orang ini baru 2 hari saja tapi bagi saya, the spark feels enough to last lifetime. Kalau saja saya berhenti berharap maka saya telah kehilangan kembali tujuan hidup dan saya tidak akan merasa lebih baik ataupun menjadi baik kedepannya.

Ada cerita lucu dengan semesta ini. Selama ini saya selalu mencari petunjuk dari semesta apakah saya sebaiknya meneruskan perjuangan saya atau cukup berhenti sampai disini. Berkali-kali petunjuk dari semesta menyarankan saya untuk terus berjuang namun tidak lama kemudian selalu dipatahkan dan membuat saya putus asa dan terulang kembali. Tadi saya bahkan telah memutuskan untuk benar-benar menyerah dan tidak mengganggu orang tersebut tapi semesta mencoba untuk mematahkan hal itu kembali. Membingungkan memang tapi jika begitu saya akan terus bertahan hingga tahun depan.

Saya berharap Tuhan akan menguatkan jiwa saya yang sudah rapuh dan hilang semangat ini. Sebuah jiwa yang sudah saatnya untuk beristirahat dan tenang. Hanya karena seseorang ini ada dibawah langit saya sudah cukup untuk mendorong saya dan memberikan saya harapan. Tuhan, just for this person, please.

Senin, 31 Oktober 2016

One More Time, One More Chance

This title's post sums up everything now. Do you ever imagine for the past 2 weeks i am crazily toward someone and now i am almost gone crazy (again) which i mean into depressing state again. Seriously, I can't handle things like before. Fucked up. I feel messed up. Day by day, i believe less, if this is happening continuously i am going to resent everything even i will resent myself for being like this.

Truly, i can't profess God's Plan but his plan is unbearable. I give up. I can't hold it anymore. I am afraid of what may future brings. If i had to wish, i wished to never wake up again for the rest of year maybe or longer. But life (especially for me) does not easily give you everything you had wished for right? hahaha such an irony.

Kamis, 27 Oktober 2016

Two Weeks

Hampir dua minggu dari pertemuan pertama (atau yang terakhir? entahlah) saya dengannya. Begitu banyak emosi yang terjadi dalam rentang waktu dua minggu ini. Sebelum pertemuan ini emosi yang muncul tidak pernah sebanyak ini atau bahkan tidak muncul sama sekali emosi dalam setahun ke belakang. Semua perasaan yang sudah lama hilang lalu datang kembali seperti air yang menyirami lahan kering. Kini, bahagia, sedih, bingung, takut dan marah rasanya silih berganti dari jam ke jam lainnya.

Bahagia, karena menemukan seseorang. Seseorang yang... entahlah, jika saya harus menceritakan bagaimana bahagia saya bertemu dengan seseorang ini rasanya tidak akan pernah cukup dan akan selalu menggembirakan setiap kata yang ditulis dan dibaca ini. Namun, sejak dia hadir saya merasa bersyukur karena dapat bertemu dengan seseorang yang memberikan ingatan mendalam dari sifat, obrolan dan banyak hal.

Sedih, karena meskipun begitu saya tidak tahu harus bergerak seperti apa. Saya sedih jika ini hanya sementara saja dan tidak dalam jangka panjang. Saya sedih karena pada akhirnya jarak dan waktu memang memisahkan semuanya dan semua yang diharapkan hanyalah angan belaka yang belum tentu mungkin terjadi.

Bingung, karena saya tidak tahu apakah saya harus tetap bertahan atau berhenti cukup sampai disini saja. Bingung karena saya tidak tahu kepada siapa saya harus bercerita bahkan saya tidak tahu apakah seseorang ini memang pantas untuk diceritakan pada orang lain. Saya bingung karena saya mencoba memahami dan memikirkan apa yang terjadi namun tidak terbayang sama sekali di benak saya.

Takut, karena semua yang saya lakukan hanya sebuah perjudian. Saya takut akan menerima hasil yang lebih buruk dibandingkan saya hanya berdiam diri saja. Saya takut, seseorang ini bukanlah seperti apa yang saya pikirkan dan saya juga takut bahwa saya tidak akan mampu untuk menjadi bagian penting dalam hidup seseorang.

Marah, karena saya hanya banyak bermimpi dan berharap daripada bertindak. Saya marah karena saya mencoba untuk melakukan hal yang sulit bagi hidup saya. Saya marah karena semuanya tidak pernah mudah untuk saya. Saya marah juga karena kepada diri saya yang memiliki semua pikiran-pikiran (delusional, mungkin) dan selalu berputus asa setiap ada hal yang bertolak belakang dari pikiran saya.

Entahlah, semua emosi itu menjadi emosi saya dalam hampir dua minggu ini. Tapi sejujurnya saya tidak pernah merasa menyesal Tuhan pernah mempertemukan saya dengan seseorang ini. Entah apa jadinya di masa mendatang saya akan ingat bahwa karena seseorang ini saya sadar bahwa saya masih punya hidup bagi orang lain dan saya masih punya banyak cinta yang saya kira selama ini telah hilang dan terkubur jauh di dalam benak saya. Ya, saya tidak akan pernah menyesal dengan keputusan yang akan saya buat untuk seseorang ini. Apapun itu.

Kamis, 20 Oktober 2016

The One

Bertemu dengan seorang "The One" merupakan sebuah momen yang paling membingungkan dalam hidup ini. Apakah seseorang itu dapat menjadi sesuatu yang kita harapkan atau malah seseorang tersebut menjadi sesuatu yang mengubah kita. Ketika menemukan "The One" perasaan akan selalu gundah untuk memahami apakah memang perasaan yang sebenar-benarnya atau hanya sebuah asa dari harapan-harapan yang telah dipendam. Tapi, pada akhirnya kita tahu kapan seseorang memang hadir untuk menjadi bagian dalam hidup kita atau hanya singgah sementara.

Bagi saya, ketika saya merasa menemukan "The one" bukanlah seseorang yang akan hadir dalam hidup saya untuk waktu lama tetapi orang tersebut hadir untuk memberikan saya kesempatan untuk mulai belajar banyak hal baru untuk hidup. Mencoba untuk berusaha lebih dibandingkan selama ini dan berusaha untuk menjadi yang terbaik di kala semua terpuruk. Tidak sedikit perih dan pahit yang akan dialami dalam proses belajar ini namun semua yang hidup di dunia ini memiliki waktunya masing-masing untuk bertahan menjadi bagian hidup ini.

Setidaknya, itu yang saya dapati dan saya simpulkan dari semua yang terjadi dalam hidup saya hingga tahun 2015 tengah yang dilanjutkan saya tidak pernah lagi menemukan "The One" yang memberikan saya pelajaran hidup lagi hingga beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seseorang. Seseorang yang tiba-tiba hadir dalam circle dan menjadi orang yang kini cukup penting dalam benak saya, atau mungkin penting dalam hidup saya?

Selama ini saya bertemu dengan seseorang yang lebih hebat dari saya. Seseorang yang segalanya adalah kebalikan dari saya. Saya pun menjadi adiktif dengan rasa inferior tersebut dan merasa menjadi terlalu bergantung dengan orang tersebut. Merasa sedih karena tidak akan mampu berada di satu tingkat yang sama. Tidak pernah tahu rasanya untuk bertemu dengan seseorang yang sama dan serupa. Hingga beberapa hari yang lalu.

Seseorang yang memiliki ketertarikan yang sama, memiliki pola pikir dan bagaimana semua itu saling terlihat sama di mata saya. Seseorang yang memberikan kesempatan untuk saya merasa menjadi seseorang yang memang satu tingkat dengannya bukan di atas ataupun dibawah. Seseorang yang memberikan perasaan nyaman ketika berbincang dan membahas topik yang dapat didalami bersama. Seseorang yang hanya dalam pertemuan singkat namun sudah saling belajar lebih dalam.

There are subtle things that person had done specially for me but i do not want to put much hope onto it. Karena saya takut, benar-benar takut untuk berharap lagi terlalu jauh. Semua yang saya ceritakan semuanya hanyalah penyesalan dan kemarahan saya terhadap harapan-harapan saya.

Tetapi kali ini dan untuk terakhir kalinya saya ingin seseorang ini menjadi sesuatu dalam hidup saya. Menjadi seseorang yang hadir menjadi alasan saya untuk selalu bangun ke dunia ini. Menjadi alasan semua perjuangan yang telah saya lalui memang dipersiapkan untuk seseorang ini dan menjadi senyum saya serta pengingat saya untuk selalu bersyukur.

Only time can prove it everything. 

Rabu, 19 Oktober 2016

Prologue

Because it has always been in English, now let me say everything in Bahasa from now on.

Lebih dari setahun. Semua yang berkaitan sama masalah hati tidak pernah tersentuh, tidak pernah terasa dan tidak bisa merasakan seperti dulu lagi. Satu tahun lebih berjalan hanya berusaha untuk menjalani sebuah kehidupan yang hanya itu-itu saja. Satu tahun lebih berjalan hanya bertemu dengan orang yang sama tanpa ada perubahan. Semua berjalan seperti apa yang dirasakan orang biasa lainnya. Menjalani hidup dan tidak merasakan apa-apa. Sulit. Sulit untuk membayangkan bahwa sebuah hidup akan begitu bermakna dan begitu berarti setelah perjalanan setahun lebih ini.

Mati rasa. Sebuah frasa paling tepat untuk menggambarkan semua yang terjadi selama ini. Semua perubahan yang seolah-olah memberikan kesan jalan yang baru ternyata hanya sebuah lampu di jalan raya yang sepi. Tahun 2016 berjalan seolah-olah begitu banyak pencapaian dan perubahan namun sesungguhnya dalam diri ini tidak mengalami perasaan yang seharusnya dirasakan menurut orang-orang disekitar. Semua mengatakan bahwa apa yang terjadi di tahun 2016 adalah sebuah hal yang membahagiakan namun ketika semua hal itu saya capai saya hanya merasakan kosong. Sebuah perasaan yang saya juga tidak tahu harus bagaimana bereaksi.

Entahlah. Sepertinya harta dan takhta bukanlah sesuatu yang bisa membuat saya bahagia seperti dulu. Semuanya tidak lagi menarik untuk saya. Motivasi? Apalagi. Saya tidak pernah tahu ketika saya bangun pagi apa yang saya harus kejar. Mungkin orang dapat menceritakan bahwa kesuksesan karir, memiliki rumah dan mobil lalu menikah dapat dijadikan sebuah motivasi. Tapi saya yakin, hidup tidak hanya sekedar itu saja. Materi bukanlah sebuah makna utama dari hidup ini. Walaupun sampai detik ini materi selalu menjadi masalah bagi di sekitar saya.

Menyerah? Hanya sekedar kata. Ketika saya mengatakan bahwa saya sudah menyerah, tidak ada yang terjadi. Semua berjalan seperti biasa dan apa adanya. Semua berjalan seperti kata menyerah memang tidak memiliki dampak apa-apa terhadap apa yang terjadi pada hari itu. Saya pun tidak pernah tahu lagi apa yang saya inginkan, yang saya ingin hindari, yang saya ingin perjuangkan atau yang ingin saya harapkan. Karena mengetahui hal tersebut hanya menjadi sebuah kata-kata dan hidup terus berjalan terus.

Bertindak? Mungkin memang membawa saya ke suatu arah tetapi rasanya diri saya tetap tertinggal di suatu tempat dan hanya badan ini yang bergerak ke arah yang lebih baik. Mungkin apa yang saya lakukan memang tidak memberikan arti lebih pada hidup ini hanya memberikan sebuah bentuk realisasi dari apa yang diharapkan oleh masyarakat, teman dan keluarga. Saya tak pernah tahu harus bercerita kepada siapa dan apa yang harus saya ceritakan pun saya tak mengerti harus memulai darimana. Teman-teman saya selalu pergi ketika saya telah berusaha buat mereka. Saya selalu berusaha lebih namun saya tidak pernah mendapatkan sesuatu yang lebih pula. Saya pernah percaya pada orang namun orang itu selalu membuktikan bahwa saya selalu salah untuk menaruh kepercayaan pada orang.

Setiap saya berusaha lebih untuk seseorang saya selalu sadar bahwa usaha saya pada akhirnya akan sia-sia saja. Usaha lebih untuk sebuah hal yang tidak mungkin sudah menyadarkan saya dari awal apapun yang saya lakukan tapi saya tak punya tujuan hidup lagi. Biarlah, sekejap harapan yang mudah hilang itu menjadi pegangan saya seterusnya. Bodoh? Yah, saya sudah tidak bisa lagi membedakan mana hal yang bodoh untuk saya dan bodoh untuk orang lain. Saya sudah enggan untuk harus selalu mengikuti ekspektasi orang-orang disekitar saya. 

Menangis pun tidak menyelesaikan apapun bagi saya. Menangis hanya memberikan saya kesempatan untuk membantu menyadari bahwa semuanya belum berubah. Semua akan kembali pada keadaan yang sama. Berulang dan terus berulang hingga tak tahu kapan semua ini bisa berhenti dan berubah menjadi suatu hal yang baru dan suatu hal yang mengubah semua ini. Sebuah hal yang dapat mengubah isi hati dan pikiran saya selama ini. 

Melihat semua postingan saya dari tahun 2010 hingga tahun ini, saya hanya dapat mengambil kesimpulan bahwa saya tidak pernah berubah. Saya tidak pernah bisa menyelesaikan masalah saya. Saya tidak pernah tahu apa yang saya harus lakukan dan apa yang saya bisa perbaiki. Kadang saya selalu bertanya, Buat apa saya hidup selama ini?

Minggu, 18 September 2016

Drowning in Shadow

How long it was been? I felt it has been very long time ago i decided to not post anything here anymore. I believed, i was doing well for the past year. Not that at the moment i was being back as before but you know i am not sure if things messed up or not now.

There had much things happened this year, 2016. A lot of milestones were achieved. If i have to list (as my reminder to be grateful) I have
1. Graduated with flying colors
2. Worked at 2 different companies this year one at Veritrans and the other which currently where i am is Prudential and got a new circle
3. I want to think more but i'm stuck...

but there are many things i had lost too. To be honest, i am being empty again... for the past year until now i could not connect anymore to anyone. The wall is too high, the pit is too deep and the sea is too vast. I lack motivation like before and i feel i could not get myself together.

life is bitter. What do i have to seek from now on? Fortune? Fame? Love?

all i know is nothing
all i want is nothing
all i hope is nothing
all i wish is nothing
all left is nothing